"MENIKAH DI USIA LANJUT"
Menikah diusia lanjut mungkin bukan menjadi pilihan orang banyak, sebab banyak hal yang semestinya dipertimbangan untuk melakukannya. Dapat
dipastikan, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi seseorang ketika hendak menikah
atau menentukan pilihan pasangan pernikahan. Faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut: [1]
a. Ras
b. Suku
c. Etnis
d. Budaya
e. Demografi
f. Sosiologi
g. Psikologi
h. Kepercayaan
i. Agama
Usia
ideal untuk menikah adalah ketika anda berusia antara 22 s/d 27 tahun, baik laki-laki
maupun perempuan. Tetapi, seiring perubahan pola hidup masyarakat dewasa ini
maka usia memasuki pernikahan pun mengalami perubahan juga. Sebagai contoh,
banyak pasangan suami istri dewasa ini yang menikah ketika mereka sudah berusia
diatas 25 tahun. Bahkan tidak jarang ditemukan pasangan pernikahan yang menikah
ketika mereka sudah berusia diatas 30 tahun. Ditinjau dari sisi kesehatan dan
usia produktif manusia, maka pernikahan diatas usia 30 tahun sebaiknya
dihindari. Sebaiknya, setelah usia diatas 30 tahun, pasangan suami istri
berkonsentrasi untuk memenuhi kebutuhan anak-anak mereka, bukan sebaliknya
merencanakan jumlah anak. [2]
Oleh
karena itu, pernikahan pada usia lanjut sering kali menimbulkan banyak masalah,
baik fisiologis maupun psikologis. Sebagai contoh, dikemukakan beberapa aspek
sebagai berikut: [3]
a. Pada usia lanut, anda rentan terhadap gangguan
berbagai penyakit yang mengganggu keharmonisan hubungan/relasi.
b. Pada usia lanjut, kesuburan sebagai pasangan
suami istri sudah menurun sehingga kemungkinan untuk mempunyai anak lebih
sulit.
c. Pada usia lanjut, kemampuan atau wanita untuk
melahirkan semakin kecil, bahkan resiko melahirkan anak pertama di usia lanjjut
sangat tinggi.
d. Pada usia lanjut, kesehatan mulai menurun,
bahkan serin g di ganggu oleh berbagai macam penyakit.
e. Pada usia lanjut, harus memiliki mentalitas
yang kuat untuk mengahadapi dan mengalahkan banyak tantangan dalam pernikahan
anda.
f. Pada usia lanjut, mungkin sudah mengidap
berbagai macam penyakit degeneratif seperti jantung koroner, ginjal,
hipertensi, kencing manis dan sebagainya.
g. Pada usia lanjut, libido sudah menurun sehingga
menyebabkan kemampuan seksual menurun, dan hal ini berpotensi membuat frustasi.
2.
Alasan
Pernikahan Pada Usia Lanjut
Mengapa
banyak orang yang terlambat menikah atau menikah ketika usia mereka sudah
lanjut terutama di kota-kota besar?. Banyak alasan dan argumentasi yang
menyebabkan seseorang menikah setelah berusia lanjut misalnya: [4]
a.
Pendidikan
Salah satu faktor yang menyebabkan banyak orang
yang menunda perkawinan ketika usia mereka telah lanjut adalah pendidikan. Mereka
ingin menempuh pendidikan setinggi-tingginya sehingga tidak cukup waktu untuk
memikirkan pernikahan. Sering kali mereka “sadar, ketika usia mereka telah
lanjut atau dengan kata lain” matahari mereka sudah senja.
b.
Kematian
pasangan
Kematian
pasangan, pasti menimbulkan dan meninggalkan duka cita yang mendalam bagi yang
ditinggalkan. Banyak sekali pasangan yang tidak mau menikah lagi dan memilih
untuk hidup sendiri setelah pasangan mereka meninggal dunia. Namun, ada juga
pasangan yang menikah lagi setelah pasangan mereka meninggal dunia, supaya ada
teman untuk berbagi rasa atau (sharing)
c.
Alasan
mengejar karir
Banyak orang yang begitu terobsesi dengan karir
mereka, terlalu sibuk bekerja sehingga “lupa” kalau usia mereka telah lanjut.
Akibatnya, mereka menikah setelah berusia lanjut.
d.
Pernah
dikecewakan lawan jenis
Salah
satu aspek yang juga sering menyebabkan seseorang terlambat menikah atau
menikah setelah berusia lanjut adalah karena pernah dikecewakan oleh lawan
jenis sehingga memandang lawan jenis sebagai musuh.
e.
Terlalu
banyak pertimbangan
Salah
satu alasan seseorang menikah pada usia lanjut adalah karena terlalu banyak
pertimbangan. Akibatnya, mereka dibelit oleh kemelut yang mereka ciptakan
sendiri, dan kesulitan menemukan jalan keluar. Sering kali seseorang melakukan
kekeliruan: “ibarat mengejar dua belalang satu pun tidak dapat”, atau
“pilih-pilih tebu, akhirnya dapat yang berulat”.
f.
Tidak
berani menghadapi kenyataan
Pernikahan
menuntut tanggung jawab yang besar, serta perikatan seumur hidup bukan seumur
jagung. Banyak orang tidak berani menghadapi tantangan hidup, sehingga menunda
pernikahan mereka sampai usia lanjut. Padahal, semakin lama mereka menunda
pernikahan semakin banyak dan besar tantangan yan g mereka hadapi.
g.
Teladan
buruk dari orang tua
Banyak
orang menunda atau tidak berani menikah karena teladan buruk orang tua pada
waktu mereka masih tinggal bersama-sama dengan orang tua mereka. Mungkin mereka
pernah menyaksikan kekerasan didalam rumah tangga orang tua mereka, yang lazim
disebut “kekerasan dalam rumah tangga” (KDRT). Akibatnya, mereka takut menikah
karena terlalu banyak pertimbangan sehingga menikah setelah berusia lanjut.
Kehidupan
keluarga yang selaras atau harmonis merupakan dambaan setiap orang. Kehidupan
yang harmonis hanya dapat dicapai apabila individu yang bersangkutan dapat
menciptakannya sendiri. Orang lain atau lingkungan sekitar hanya mengiringi
kehidupan orang tersebut. Orang yang kehidupannya harmonis berarti mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara normatif, selaras dan seimbang.
Hal itu berarti bahwa individu tersebut tidak menunjukkan perilaku-perilaku
yang berlebihan sehingga menimbulkan benturan terhadap sesama. Disamping itu ia
juga menunjukkan perilaku yang kurang sehingga merepotkan orang lain.
Keharmonisan
kehidupan seseorang bersumber dari proses perkembangan dan pendidikan yang
diperoleh dan dialami oleh setiap orang, karena itu masa lalu seseorang akan
mewarnai kehidupan masa tuanya, walaupun tidak mustahil jika ada seseorang yang
di masa mudanya dikenal sebagai orang berhasil namun di masa tuanya justru
menderita dan terlantar atau bahkan menjadi bahan pergunjingan di masyarakat.
itulah kehidupan manusia yang serba anomali dan tidak dapat
digeneralisasikan satu sama lain.
Untuk
menjaga agar kehidupan lansia tetap tetap harmonis perlu dilakukan hal-hal
sebagai berikut:
a. Sebelum masuk usia lansia hubungan
interpersonal suami istri tetap terjaga, sehingga keharmonisan dalam
berkomunikasi tetap hangan dan dekat.
b. Hindarkan perpisahan-perpisahan fisik terlalu lama (misal nengok cucu atau cicit
berbulan-bulan).
c. Hindarkan salah komunikasi dan salah pengertian
karena hal itu akan memancing emosi kedua belah pihak.
d. Binalah hubungan yang hangat dan dekat (selalu
memperbaharui rasa cinta), karena satu sama lain saling membutuhkan dan
menguntungkan.
e. Memperhatikan tradisi dan budaya itu baik,
namun jangan terpaku pada tradisi dan budaya yang kadang-kadang menimbulkan konflik
yang sulit diatasi bagi seseorang.
f. Hindarkan hal-hal yang menimbulkan kemarahan
istri atau suami, karena hal itu hanya akan memperburuk hubungan satu sama
lain.
g. Biasakan hidup teratur dan tidak berlebihan,
sehingga aktivitas kehidupan sehari-hari tetap berjalan dengan normal dan tetap
memanfaatkan mass-media (TV, koran, majalah dan internet) agar tetap memiliki
wawasan baru dan luas.
h. Ibadah, hobby, dan kegiatan sosial jangan
ditinggalkan tetapi bila mungkin perlu untuk ditingkatkan.
Apabila
dari butir-bitur penting di atas dapat dijalankan dengan baik, walaupun tidak
seluruhnya, keharmonisan kehidupan lansia kiranya dapat dipertahankan, sehingga
suami-istri lansia yang sesungguhnya saling membutuhkan dapat tercapai.
[5] Umiyatun Nawawi, Sehat Dan Bahagia
Di Usia Senja, (Cet. I, Yogyakarta: Dianloka Printika, 2009), h. 20-22.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar