Minggu, 02 September 2018

Menikah Di Usia Lanjut

"MENIKAH DI USIA LANJUT"

Usia Lanjut
1. Menikah Usia Lanjut
Menikah diusia lanjut mungkin bukan menjadi pilihan orang banyak, sebab banyak hal yang semestinya dipertimbangan untuk melakukannya. Dapat dipastikan, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi seseorang ketika hendak menikah atau menentukan pilihan pasangan pernikahan. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: [1]
a.    Ras
b.    Suku
c.    Etnis
d.    Budaya
e.    Demografi
f.     Sosiologi
g.    Psikologi
h.    Kepercayaan
i.     Agama
Usia ideal untuk menikah adalah ketika anda berusia antara 22 s/d 27 tahun, baik laki-laki maupun perempuan. Tetapi, seiring perubahan pola hidup masyarakat dewasa ini maka usia memasuki pernikahan pun mengalami perubahan juga. Sebagai contoh, banyak pasangan suami istri dewasa ini yang menikah ketika mereka sudah berusia diatas 25 tahun. Bahkan tidak jarang ditemukan pasangan pernikahan yang menikah ketika mereka sudah berusia diatas 30 tahun. Ditinjau dari sisi kesehatan dan usia produktif manusia, maka pernikahan diatas usia 30 tahun sebaiknya dihindari. Sebaiknya, setelah usia diatas 30 tahun, pasangan suami istri berkonsentrasi untuk memenuhi kebutuhan anak-anak mereka, bukan sebaliknya merencanakan jumlah anak. [2]
Oleh karena itu, pernikahan pada usia lanjut sering kali menimbulkan banyak masalah, baik fisiologis maupun psikologis. Sebagai contoh, dikemukakan beberapa aspek sebagai berikut: [3]
a.    Pada usia lanut, anda rentan terhadap gangguan berbagai penyakit yang mengganggu keharmonisan hubungan/relasi.
b.    Pada usia lanjut, kesuburan sebagai pasangan suami istri sudah menurun sehingga kemungkinan untuk mempunyai anak lebih sulit.
c.    Pada usia lanjut, kemampuan atau wanita untuk melahirkan semakin kecil, bahkan resiko melahirkan anak pertama di usia lanjjut sangat tinggi.
d.    Pada usia lanjut, kesehatan mulai menurun, bahkan serin g di ganggu oleh berbagai macam penyakit.
e.    Pada usia lanjut, harus memiliki mentalitas yang kuat untuk mengahadapi dan mengalahkan banyak tantangan dalam pernikahan anda.
f.     Pada usia lanjut, mungkin sudah mengidap berbagai macam penyakit degeneratif seperti jantung koroner, ginjal, hipertensi, kencing manis dan sebagainya.
g.    Pada usia lanjut, libido sudah menurun sehingga menyebabkan kemampuan seksual menurun, dan hal ini berpotensi membuat frustasi.
2.        Alasan Pernikahan Pada Usia Lanjut
Mengapa banyak orang yang terlambat menikah atau menikah ketika usia mereka sudah lanjut terutama di kota-kota besar?. Banyak alasan dan argumentasi yang menyebabkan seseorang menikah setelah berusia lanjut misalnya: [4]
a.    Pendidikan
Salah satu faktor yang menyebabkan banyak orang yang menunda perkawinan ketika usia mereka telah lanjut adalah pendidikan. Mereka ingin menempuh pendidikan setinggi-tingginya sehingga tidak cukup waktu untuk memikirkan pernikahan. Sering kali mereka “sadar, ketika usia mereka telah lanjut atau dengan kata lain” matahari mereka sudah senja.
b.    Kematian pasangan
Kematian pasangan, pasti menimbulkan dan meninggalkan duka cita yang mendalam bagi yang ditinggalkan. Banyak sekali pasangan yang tidak mau menikah lagi dan memilih untuk hidup sendiri setelah pasangan mereka meninggal dunia. Namun, ada juga pasangan yang menikah lagi setelah pasangan mereka meninggal dunia, supaya ada teman untuk berbagi rasa atau (sharing)
c.    Alasan mengejar karir
Banyak orang yang begitu terobsesi dengan karir mereka, terlalu sibuk bekerja sehingga “lupa” kalau usia mereka telah lanjut. Akibatnya, mereka menikah setelah berusia lanjut. 
d.    Pernah dikecewakan lawan jenis
Salah satu aspek yang juga sering menyebabkan seseorang terlambat menikah atau menikah setelah berusia lanjut adalah karena pernah dikecewakan oleh lawan jenis sehingga memandang lawan jenis sebagai musuh.
e.    Terlalu banyak pertimbangan
Salah satu alasan seseorang menikah pada usia lanjut adalah karena terlalu banyak pertimbangan. Akibatnya, mereka dibelit oleh kemelut yang mereka ciptakan sendiri, dan kesulitan menemukan jalan keluar. Sering kali seseorang melakukan kekeliruan: “ibarat mengejar dua belalang satu pun tidak dapat”, atau “pilih-pilih tebu, akhirnya dapat yang berulat”.
f.     Tidak berani menghadapi kenyataan
Pernikahan menuntut tanggung jawab yang besar, serta perikatan seumur hidup bukan seumur jagung. Banyak orang tidak berani menghadapi tantangan hidup, sehingga menunda pernikahan mereka sampai usia lanjut. Padahal, semakin lama mereka menunda pernikahan semakin banyak dan besar tantangan yan g mereka hadapi.
g.    Teladan buruk dari orang tua
Banyak orang menunda atau tidak berani menikah karena teladan buruk orang tua pada waktu mereka masih tinggal bersama-sama dengan orang tua mereka. Mungkin mereka pernah menyaksikan kekerasan didalam rumah tangga orang tua mereka, yang lazim disebut “kekerasan dalam rumah tangga” (KDRT). Akibatnya, mereka takut menikah karena terlalu banyak pertimbangan sehingga menikah setelah berusia lanjut.  
3.        Keharmonisan Kehidupan Keluarga Lansia[5]
Kehidupan keluarga yang selaras atau harmonis merupakan dambaan setiap orang. Kehidupan yang harmonis hanya dapat dicapai apabila individu yang bersangkutan dapat menciptakannya sendiri. Orang lain atau lingkungan sekitar hanya mengiringi kehidupan orang tersebut. Orang yang kehidupannya harmonis berarti mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara normatif, selaras dan seimbang. Hal itu berarti bahwa individu tersebut tidak menunjukkan perilaku-perilaku yang berlebihan sehingga menimbulkan benturan terhadap sesama. Disamping itu ia juga menunjukkan perilaku yang kurang sehingga merepotkan orang lain.
Keharmonisan kehidupan seseorang bersumber dari proses perkembangan dan pendidikan yang diperoleh dan dialami oleh setiap orang, karena itu masa lalu seseorang akan mewarnai kehidupan masa tuanya, walaupun tidak mustahil jika ada seseorang yang di masa mudanya dikenal sebagai orang berhasil namun di masa tuanya justru menderita dan terlantar atau bahkan menjadi bahan pergunjingan di masyarakat. itulah kehidupan manusia yang serba anomali dan tidak dapat digeneralisasikan satu sama lain.
Untuk menjaga agar kehidupan lansia tetap tetap harmonis perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a.    Sebelum masuk usia lansia hubungan interpersonal suami istri tetap terjaga, sehingga keharmonisan dalam berkomunikasi tetap hangan dan dekat.
b.    Hindarkan perpisahan-perpisahan fisik  terlalu lama (misal nengok cucu atau cicit berbulan-bulan).
c.    Hindarkan salah komunikasi dan salah pengertian karena hal itu akan memancing emosi kedua belah pihak.
d.    Binalah hubungan yang hangat dan dekat (selalu memperbaharui rasa cinta), karena satu sama lain saling membutuhkan dan menguntungkan.
e.    Memperhatikan tradisi dan budaya itu baik, namun jangan terpaku pada tradisi dan budaya yang kadang-kadang menimbulkan konflik yang sulit diatasi bagi seseorang.
f.     Hindarkan hal-hal yang menimbulkan kemarahan istri atau suami, karena hal itu hanya akan memperburuk hubungan satu sama lain.
g.    Biasakan hidup teratur dan tidak berlebihan, sehingga aktivitas kehidupan sehari-hari tetap berjalan dengan normal dan tetap memanfaatkan mass-media (TV, koran, majalah dan internet) agar tetap memiliki wawasan baru dan luas.
h.    Ibadah, hobby, dan kegiatan sosial jangan ditinggalkan tetapi bila mungkin perlu untuk ditingkatkan.
Apabila dari butir-bitur penting di atas dapat dijalankan dengan baik, walaupun tidak seluruhnya, keharmonisan kehidupan lansia kiranya dapat dipertahankan, sehingga suami-istri lansia yang sesungguhnya saling membutuhkan dapat tercapai.


[1] E.B. Surbakti, Menata Kehidupan Pada Usia Lanjut, (Jakarta: Praninta Offset, 2013), h. 155.    
[2] E.B. Surbakti, Menata Kehidupan Pada Usia Lanjut, h. 156.    
[3] E.B. Surbakti, Menata Kehidupan Pada Usia Lanjut, h. 156.    
[4] E.B. Surbakti, Menata Kehidupan Pada Usia Lanjut, h. 156.    
[5] Umiyatun Nawawi, Sehat Dan Bahagia Di Usia Senja, (Cet. I, Yogyakarta: Dianloka Printika, 2009), h. 20-22.    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar